FREDERIKUS GEBZE, KERJA MENGEMBANGKAN SAGU MERAUKE
Pemerintah Kabupaten Merauke berencana akan kembali mengembangkan sagu sebagai salah satu keunggulan Kabupaten Merauke dari sektor pangan, dan menjadikannya sebagai hutan sagu. Hal itu, seiring dengan kondisi belakangan ini dimana pohon sagu sudah jarang dijumpai karena selain adanya kebakaran lahan dan hutan beberapa waktu lalu termasuk dengan adanya perluasan areal persawahan.

Pada Hari Pangan sedunia yang digelar di Kampung Tambat, Distrik Tanah Miring, Bupati Merauke Frederikus Gebze, SE, M.Si mengungkapkan bahwa saat ini pengelolaan sagu terbesar ada di Kalimantan. Dimana bibit dari sagu tersebut berasal dari Sentani.
‘’Makanya Sentani sekarang dibuat jadi hutan sagu. Begitu juga Merauke harus jadi hutan sagu. Makanya kita harus buat cadangan makanan yang banyak,’’ ( FREDERIKUS GEBZE )
Pengembangan sagu ini, karena selain kaya nutrisi yang terkandung di dalamnya, juga karena sagu dapat dibuat berbagai jenis makanan dan olahannya sampai lebih dari 300 jenis. Papua adalah tanah yang kaya dengan alamnya. Seperti patahan surga atau surga kecil yang jatuh ke bumi. Kendati demikian, harus terus mengoptimalkan dengan inovasi dan daya saing. Sebagaimana tema hari pangan sedunia tersebut teknologi industri pertanian dan pangan menuju Indonesia lumbung pangan dunia 2045.
Menurut Bupati Frederikus Gebze, memanfaatkan teknologi adalah memanfaatkan sumber pengetahuan untuk dikelola sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dikuasai oleh negara untuk hajat hidup orang banyak. Pada hari pangan sedunia tersebut, bupati Frederikus Gebze juga meresmikan pabrik pengolahan sagu kelompok Dwitrap yang ada di Kampung Tambat.
Pengolahan Sagu dengan menggunakan mesin ini merupakan yang pertama di Merauke yang menggunakan teknologi. Sedangkan pengolahan sagu lainnya masih dilakukan secara manual. Selain itu, bupati Merauke juga melakukan penanaman 1.000 pohon sagu, pengukuhan kelompok peternak sapi, kambing dan babi.
Ketua Masyarakat Sagu Indonesia Prof. Bintoro mengungkapkan, bahwa ada 359 jenis makanan yang dihasilkan dari Sagu. Menurutnya, Merauke yang memiliki hutan Sagu harus benar-benar bisa dimanfaatkan. Karena Jepang, Korea dan China ingin membeli sagu dalam jumlah yang besar.
‘’Kalau ini kita bisa sediakan secara kontinyu dalam jumlah yang besar, sebenarnya ini menjadi sumber pendapatan kita. Harusnya, Merauke tidak menjadi daerah tertinggal karena tersedia bahan makanan yang sangat cukup,’’ ( Prof, Bintoro )
Ditambahkan, bahwa dalam waktu dekat ini pihaknya akan menggelar diskusi soal sagu ini di Jayapura dengan mendatangkan para pembeli dari luar. Bintoro berharap Merauke dapat merebut pasar tersebut apalagi Merauke telah didukung pelabuhan.